
KARAWANGTIME.COM – Seorang remaja asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menjadi perhatian publik setelah mengalami perubahan jenis kelamin secara alami. Remaja tersebut, yang sebelumnya dikenal sebagai Raras Setia Murti, kini secara medis telah diidentifikasi sebagai laki-laki dan menggunakan nama baru, Ahmad Prasetio.
Peristiwa langka ini terjadi di Dusun Pandayakan, Desa Dayeuhluhur, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang. Ahmad, yang saat ini berusia 15 tahun dan duduk di bangku kelas 3 Madrasah Tsanawiyah, dilahirkan dengan alat kelamin yang tampak seperti perempuan.
Keluarga serta paraji (dukun beranak) yang menangani persalinan saat itu juga mengidentifikasinya sebagai perempuan.
Namun, sejak usia empat tahun, mulai terlihat perubahan perilaku dan fisik.
Menurut kakeknya, Sarta, cucunya menunjukkan perilaku yang lebih menyerupai laki-laki. Meskipun masih mengenakan kerudung saat di taman kanak-kanak, ciri-ciri fisik pria mulai muncul seiring bertambahnya usia.
“Waktu lahir dia perempuan, tapi pas PAUD kelaminnya berubah. Perilakunya juga seperti laki-laki,” kata Sarta, Kamis (22/5).
Ahmad kemudian dibawa ke RSUD Karawang untuk pemeriksaan medis lebih lanjut. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia tidak memiliki rahim.
Berdasarkan temuan tersebut, pihak medis menyarankan agar remaja tersebut mulai menjalani hidup sebagai laki-laki. Keluarga menyetujui saran tersebut dan mengganti namanya menjadi Ahmad Prasetio.
Perubahan jenis kelamin secara alami merupakan kondisi medis yang sangat jarang terjadi. Ahli genetika dan endokrinologi menyebut kondisi ini sebagai bagian dari gangguan perkembangan seksual atau Disorders of Sex Development (DSD), yang merupakan kelainan bawaan atau genetik, bukan penyakit menular maupun akibat perilaku.
Dr. dr. Kanadi Sumapraja, Sp.OG-KFER, M.Sc, dalam sebuah diskusi media di RSPI Jakarta, menjelaskan bahwa kasus kelainan kromosom seperti ini memang ada di masyarakat dan cenderung meningkat.
Ia mencontohkan pasien perempuan yang tidak mengalami menstruasi namun menunjukkan ciri fisik tertentu seperti tidak memiliki rambut di ketiak dan kemaluan.
“Ini harus hati-hati karena sensitif. Kasusnya kompleks tapi diawali dengan gangguan tidak menstruasi pada remaja putri,” ujarnya.
Dr. Kanadi juga menekankan pentingnya deteksi dini pada remaja putri yang tidak menunjukkan tanda-tanda pubertas seperti pertumbuhan payudara atau menstruasi di usia yang semestinya.
Sementara itu, Dr. Anne Fausto-Sterling, ahli genetika dari Brown University, menjelaskan bahwa jenis kelamin tidak selalu bersifat biner. Ia menyebut bahwa sekitar 1,7 persen populasi manusia memiliki kondisi interseks, yaitu variasi biologis alami pada organ seksual dan kromosom.
Perubahan jenis kelamin secara alami berbeda dengan perubahan yang dilakukan melalui operasi medis atau pengakuan identitas gender yang berbeda, yang dikenal dalam ranah transgender. Keduanya bukan penyakit, melainkan bagian dari keragaman biologis dan identitas manusia. (Aep)