
KARAWANGTIME.COM – Kurang dari 48 jam setelah jasad Dedi Sutara alias Buntung ditemukan di tengah hamparan sawah Blok Pertamina, Desa Pagedangan, Satreskrim Polres Indramayu dibantu Polsek setempat berhasil meringkus kedua pelaku.
Kapolres Indramayu, AKBP Ari Setyawan Wibowo dalam konferensi pers, Senin (26/5/2025) menyebut, kedua pelaku berhasil diamankan kurang dari 24 jam setelah mayat ditemukan.
M alias Teleng ditangkap lebih dulu di kediamannya di Desa Cangko, sementara Cepi diringkus di persembunyiannya di Desa Kerticala, Kecamatan Tukdana, Minggu malam (25/5/2025).
“Kami sudah amankan keduanya, bersama sejumlah barang bukti yang menguatkan dugaan tindak pidana pembunuhan berencana,” ujar Ari.
Dari hasil penyelidikan awal, mereka adalah rekan korban sendiri, orang yang biasa bersama dalam pergaulan malam dan pesta minuman keras. Pertanyaannya, bagaimana persahabatan berubah menjadi pembunuhan kejam?
Dari Pesta Miras ke Aksi Brutal
Keterangan polisi menyebutkan pertengkaran terjadi saat mereka berpesta minuman keras. Motif diduga berasal dari dendam pribadi dipicu peristiwa yang terjadi di tengah keramaian tontonan sandiwara.
Penyelidikan awal mengungkap, malam naas itu bermula dari pesta minuman keras di rumah seorang rekan mereka, Sarwa, di Indramayu. T alias Cepi, M alias Teleng, dan korban Dedi terlibat dalam pesta tersebut. Dalam kondisi mabuk, emosi dan dendam lama yang dipendam Cepi pun meledak.
Dari keterangan yang dihimpun kepolisian, Cepi merasa dikhianati oleh Dedi. Sebelumnya, dalam sebuah pertikaian dengan orang lain saat menonton sandiwara, Dedi justru ikut memukulinya alih-alih membela. Perasaan dikhianati itulah yang disebut polisi sebagai pemantik utama tindakan brutal yang terjadi kemudian.
Dibawa ke Sawah, Dihabisi oleh Teman Sendiri
Usai mabuk, Cepi memaksa Dedi ikut bersamanya ke lokasi yang telah direncanakan. Ia juga mengajak Teleng. Sarwa, satu-satunya saksi hidup yang tak terlibat langsung, disebut menolak ikut dalam perjalanan tersebut.
Ketiganya lalu menuju area persawahan. Di situlah, aksi penganiayaan terjadi. Dedi dikeroyok hingga meregang nyawa. Tubuhnya dibiarkan tergeletak di lokasi kejadian hingga ditemukan warga keesokan harinya.
Dalam momen konferensi pers itu, Cepi hanya mampu mengucap lirih, “Saya nyesel pak.”
Namun penyesalan itu datang terlambat. Kini, bersama Teleng, ia terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara atas tindakan brutal yang tak hanya merenggut nyawa seorang teman, tapi juga mencoreng makna persahabatan.
TKP dan Barang Bukti: Potongan dari Kisah Lebih Besar?
Balok kayu yang ditemukan di lokasi diduga menjadi alat utama penganiayaan. Selain itu, polisi menyita pakaian korban dan botol miras. Tim karawangtime.com mendapatkan informasi bahwa tubuh korban memiliki luka yang tidak sepenuhnya cocok dengan satu jenis benda tumpul saja.
Beberapa bekas luka menunjukkan kemungkinan penggunaan alat lain, serta dugaan korban sempat diseret sebelum ditemukan.
“Lokasi jasad ditemukan bukan titik awal kejadian. Ada jejak kaki dan bekas seretan tanah yang seolah ingin disamarkan,” ungkap salah satu petugas evakuasi.
Lebih dari Sekadar Pembunuhan
Sementara polisi terus mendalami kasus ini dan menjerat kedua pelaku dengan Pasal 338 KUHP dan/atau 170 ayat (2) ke-3, publik bertanya-tanya: mengapa kelompok ini bisa bertindak sejauh itu?
Apakah ada kelalaian dalam pengawasan sosial? Apakah minuman keras oplosan yang mereka konsumsi telah merusak kontrol diri mereka, atau justru digunakan sebagai alat untuk melancarkan kekerasan?
Kematian Dedi Sutara alias Buntung bukan sekadar perkara kriminal. Ia membuka borok sosial di balik kehidupan malam dan lingkaran pergaulan liar yang tumbuh tanpa kendali.
Kasus ini menyisakan banyak pertanyaan. Bagaimana dendam bisa sedemikian dalam hingga meniadakan batas kemanusiaan? Apakah ada pemicu lain di balik dendam lama itu? Dan, yang paling penting, bagaimana peran alkohol dan tekanan lingkungan dalam membentuk keputusan fatal anak muda seperti mereka?
Kepolisian masih mendalami lebih lanjut motif serta kemungkinan keterlibatan pihak lain. Satu hal yang pasti, sebuah persahabatan telah berubah menjadi tragedi yang menggetarkan.
(Tim Investigasi karawangtime.com)